The Seven Good Years, Etgar Keret
Di setiap tahun-tahun sebelumnya saya mempunyai tekad untuk banyak membaca buku; baik itu biografi, cerita bergambar maupun novel. Namun tekad tersebut tidak dibarengi dengan niat yang sungguh-sungguh, karena masih menganggap bahwa baca buku ya artinya beli buku dan hal tersebut membuat saya keberatan. Karena saat itu saya menganggap buku itu mahal namun tidak semahal beli baju berpuluh-puluh pasang. Setelah dipikir-pikir lagi, saya merasa bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai membaca buku secara rutin, maka sejak tahun 2015 saya mengawali dengan 1 bulan = 1 buku. Kebiasaan tersebut harus dipaksa agar terbiasa, sampai sekarang –Juli 2017 saya sudah terbiasa dengan membaca buku minimal 2 novel dalam 1 bulan.
Pada bulan Ramadhan
lalu saya berhasil menyelesaikan buku dengan genre memoir yang merupakan
kumpulan cerita pendek terjemahan karya Etgar Keret dengan judul The Seven Good
Years. Kata pengantar yang ditulis oleh Eka Kurniawan membuat saya tertarik
dengan buku ini, selain itu penulis muda Bernard Batubara-pun mengidolakan
Keret, maka saya akan mencoba ikut mengonsumsi buku yang idola saya sukai.
Israel identik dengan
negara yang penuh dengan serangan nuklir, baku tembak, penyerangan terhadap Palestina,
pusat perhatian dunia, mayoritas pemeluk Yahudi dan masih banyak lagi yang
pasti takkan ada habisnya. Menjadi seorang Yahudi dan Israel tidak membuat
Keret menjadi seorang yang berdarah dingin. Dia adalah seorang anak dari
Ephraim Keret, seorang suami dari Shira dan seorang ayah dari Lev. Dia adalah
seorang Yahudi dan warga Israel yang merindukan perdamaian dunia. Sejak Lev
hadir dihidupnya, Keret berharap kelak Lev akan hidup jauh dari suara tembakan,
nuklir, dan tidak akan pernah melihat kerabatnya mati tergeletak di pinggir
jalan.
Etgar Keret mengajarkan
bagaimana menjadi seorang ayah kepada Lev, yaitu dia yang tidak menangis dan
selalu melindungi keluarga. Cerita pendek yang berisi sarkasme, lelucon dan petuah
itu membuat saya tidak berhenti membuka lembar demi lembar. Keret menceritakan
kisah hidupnya selama 7 tahun, dari lahirnya Lev sampai pada saat ayahnya
wafat. Pelajaran mengenai parenting –pun
akan didapatkan dengan buku ini. Dengan menjawab pertanyaan anak kecil dengan
penjelasan sederhana contohnya.
Pada cerita pendek yang
berjudul “Apa yang dikatakan orang itu?” , Keret berada di taksi bersama dengan
Lev untuk berkunjung ke rumah Nenek di Rahmat Gan. Dia menyadari bahwa sopir
taksi sedang dalam kondisi badmood dengan
keadaan jalan yang macet. Namun Keret tidak memedulikan karena dia cukup tenang
melihat Lev enjoy di sebelahnya sedang
menyanyikan lagu “Yellow Submarine” dengan lirih untuk dirinya sendiri. Kaki Lev
bergoyang-goyang menikmati irama lagunya itu, tetapi sayang kaki Lev malah menimpa
asbak plastik taksi dan menjatuhkannya di lantai. Kecuali pembungkus permen,
asbak itu bersih jadi tidak ada yang tumpah. Keret segera memungut namun saat
itu juga sopir taksi mengerem mendadak dan menengok kea rah Lev.
Sopir taksi itu
memarahi Lev sangat kasar yang kemudian dengan cepat dibalas oleh Keret sebagai
bentuk perlawanan. Meskipun sempat bersitegang namun sopir tetap mengantarkan
mereka sampai tujuan, hingga Lev bertanya
“Daddy, apa yang dikatakan orang itu?”
“ketika kamu mengendarai mobil, kamu harus
melihat bagaimana kamu menggerakan kakimu sehingga tidak memecahkan sesuatu” jawab
Keret dengan tenang
“apa
yang dad bilang pada orang itu?”
“dia
(sopir taksi) benar namun harus mengatakannya dengan pelan dan sopan dan tidak
berteriak”
“tapi
dad berteriak kepadanya”, Lev bingung
“dad tahu dan itu tidak benar. Kamu tahu?
Dad akan minta maaf sekarang”, lalu
Keret meminta maaf kepada pak sopir.
“tetapi
daddy, sekarang orang itu harus
meminta maaf kepadaku juga”
“Sayangku,
kamu anak yang cerdas. Tapi, kamu tahu? Aku pikir kita tidak perlu meminta pak
sopir untuk meminta maaf karena hanya dengan melihatnya, aku bisa bilang kalau
dia menyesal”
“Daddy, aku tidak yakin kalau dia
menyesal”
Tiba-tiba
si sopir mengerem mendadak lagi dan menoleh kearah Lev “percaya kepadaku Nak,
aku minta maaf”. (page of 86)
Satu
hal yang paling ingin saya pelajari dari Keret adalah bagaimana membuat cerita jenaka
sekaligus terdapat unsur parenting secara
bersamaan. Karena sejak awal diceritakan tentang Lev, anaknya yang sangat
kritis, Keret selalu mampu menjawab pertanyaan absurd dengan kalimat yang sederhana sehingga anak mudah mencerna. Lebih
menyenangkan lagi ketika Keret menceritakan kakak perempuannya yang sudah
menemukan Tuhan dan kakak laki-lakinya yang hidup di Thailand, serta cerita
pertemuan pertama ayah dan ibunya sampai perayaan ulang tahun pernikahan mereka
ke 49 tahun.
Sekarang
saya tahu mengapa Eka Kurniawan bersedia menulis kata pengantar di buku The
Seven Good Years dan mengapa Bernard Batubara mengidolakan Etgar Keret; karena
Keret sangat jenius!
Kira-kira karya Etgar Keret dengan judul apa
yaaa yang harus saya baca? Silakan tinggalkan
komentar kalian ya readers ^^
Komentar