Perjalanan Lain Menuju Bulan, M. Aan Mansyur
“Expose yourself to
your deepest fear; after that, fear has no
power, and the fear
of freedom shrinks and vanishes.
You are free.”—Jim Morrison
Jika kalian mendapati
buku puisi yang ditulis oleh penyair M. Aan Mansyur, bacalah. Tidak ada hal
yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan membaca puisi. Singkat, padat dan
jelas. Aan tidak pernah bertele-tele dalam menyebarkan virus pepuisian ini.
Perjalanan Lain Menuju
Bulan diturunkan ke dalam tiga medium karya seni: film, buku puisi prosa, dan
album kompilasi musik. Aan tidak bekerja sendirian, itu sudah pasti karena ini
merupakan sebuah karya gabungan. Dan hal ini bukan merupakan yang pertama bagi
Aan, memiliki buku puisi yang juga merupakan bagian dari sebuah film. Proyek buku
puisi yang hampir mirip dengan ini adalah ketika Aan menggarap film AADC jilid
2 dengan judul Tidak Ada New York Hari Ini. Pada proyek tersebut, puisi
disertai dengan foto yang sangat artistic. Berkolaborasi dengan Mo Riza, buku
Tidak Ada New York Hari Ini sama larisnya dengan peminat film AADC jilid 2
tersebut.
Kolaborasi film, buku
puisi prosa dan album kompilasi musik pun membuat penggemar M. Aan Mansyur
terheran-heran. Bagaimana tidak, buku ini akan menjadi paket lengkap. Selain akan
mendapatkan puluhan puisi yang divisualisasikan oleh Gertjan Zuilhof, pun akan
mendapatkan cerita baru mengenai film Another Trip To The Moon karya Isbail
Basbeth. Sebuah film pendek yang pada penayangan perdananya diselenggarakan di
ajang Rotterdam Internaional Film Festival pada tahun 2015. Dan juga akan
mendapatkan sebuah CD kompilasi musik. Karya kompilasi ini menggambarkan adanya
kebebasan dalam berkarya, bahwa tidak ada batasan mengenai karya ini boleh atau
tidak dicampurkan dengan yang lain.
Pepuisian yang tersusun
rapi adalah segala yang ada di kepala, namun pada akhirnya penyair Aan mampu
menumpahkan di dalam buku ini. Terus terang saya sangat merinding, haru, dan
tersentuh membaca deretan puisi yang ada di buku ini.
Pergi adalah kemestian
bagi seorang anak. Pergilah.
Bertualanglah. Jangan hilang.
Dan, di antara segala
kemungkinan, pulang semata
satu pilihan.
Kita tahu, ingatan tidak butuh
jam tangan –hanya seseorang
di kejauhan.
Sebelum rela kau kulepaskan,
apa pun kelak menimpa hidupmu,
aku ibumu selamanya. Pergilah.
Kau tidak boleh merasa iba
dan bersalah.
Biarkan jiwaku menghutan
bersama waktu dan pertanyaan:
di mana sesungguhnya ingatan
berumah.
Di kepala. Di dada.
Di angkasa.
Atau, di udara?
Kekuatan
seorang Aan Mansyur adalah membuat pembaca akan mengulang puisinya kembali. Sampai
hafal melafalkan dengan lantang. Semoga lekas membuat buku puisi prosa seperti
ini lagi. Buat teman-teman, buku Aan Mansyur manakah yang jadi favorite kalian?
Tinggalkan komentar di sini yaa..
Keyword:
Another Trip To The Moon, Perjalanan
Lain Menuju Bulan, review buku Aan Mansyur
Komentar