Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Jegingger—novel Bekisar Merah dalam Bahasa Jawa dialek Banyumasan, Ahmad Tohari.

Gambar
Novel Bekisar Merah awalnya merupakan dwilogi dari Bekisar Merah (1993) dan Belantik (2001) dengan cover yg berbeda pula. Lalu sejak tahun 2011, penerbit mencetaknya dalam satu buku lengkap dan lebih tebal. Buku saya pun merupakan novel Bekisar Merah yg sudah digabung dan merupakan cetakan kedua (2013). Bekisar Merah telah menjadi primadona, bahkan sampai sekarangpun novel ini masih banyak jadi objek penelitian, baik dilihat dari segi sastra, linguistik, sosial, budaya, psikologi dan masih banyak yg lain. Saya pun termasuk yg menjadikan Bekisar Merah sebagai objek dalam mengerjakan tugas akhir. Jegingger. Adalah Bekisar Merah yg diterjemahkan ke dalam Bahasa Jawa sebagai objek penelitian tugas akhir saya waktu itu. Dan berhasil saya selesaikan. Bukan mau bahas tugas akhirnya yhaaa ini, tolong fokus! J Bekisar Merah maupun Jegingger adalah novel yang dialih-bahasakan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Berdasarkan diskusi dengan dosen pembimbing saya, nove

Perjalanan Lain Menuju Bulan, M. Aan Mansyur

Gambar
“Expose yourself to your deepest fear; after that, fear has no power, and the fear of freedom shrinks and vanishes. You are free.” —Jim Morrison Jika kalian mendapati buku puisi yang ditulis oleh penyair M. Aan Mansyur, bacalah. Tidak ada hal yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan membaca puisi. Singkat, padat dan jelas. Aan tidak pernah bertele-tele dalam menyebarkan virus pepuisian ini. Perjalanan Lain Menuju Bulan diturunkan ke dalam tiga medium karya seni: film, buku puisi prosa, dan album kompilasi musik. Aan tidak bekerja sendirian, itu sudah pasti karena ini merupakan sebuah karya gabungan. Dan hal ini bukan merupakan yang pertama bagi Aan, memiliki buku puisi yang juga merupakan bagian dari sebuah film. Proyek buku puisi yang hampir mirip dengan ini adalah ketika Aan menggarap film AADC jilid 2 dengan judul Tidak Ada New York Hari Ini. Pada proyek tersebut, puisi disertai dengan foto yang sangat artistic. Berkolaborasi dengan Mo Riza, buku Tidak Ada New

Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi, Eka Kurniawan

Gambar
“Kalian orang-orang yang tolol yang percaya pada mimpi.” Mimpi itu memberitahunya bahwa ia akan memperoleh seorang kekasih. Dalam mimpinya, si kekasih tinggal di kota kecil bernama Pangandaran. Setiap sore, lelaki yang akan menjadi kekasihnya sering berlari di sepanjang pantai ditemani seekor anjing kampung. Ia bisa melihat dadanya yang telanjang, gelap, dan basah oleh keringat, berkilauan memantulkan cahaya matahari. Setiap kali ia terbangun dari mimpi itu, ia selalu tersenyum. Jelas ia sudah jatuh cinta pada lelaki itu. Ini adalah kali kedua saya membaca kumpulan cerpen karya Eka Kurniawan. Bermula dari iseng-iseng mencari novel fiksi sastra yang seru mana lagi yang harus saya baca, selalu dimulai dengan membaca cerita pendek dari pengarang manapun. Beberapa kali saya pernah melihat, barangkali sepintas ada penulis bernama Eka Kurniawan. Di rak toko bukupun banyak buku yang telah beliau hasilkan, namun dengan buku yang tipis kok harganya mahal, sampai saya menaruh curi

The Seven Good Years, Etgar Keret

Gambar
Di setiap tahun-tahun sebelumnya saya mempunyai tekad untuk banyak membaca buku; baik itu biografi, cerita bergambar maupun novel. Namun tekad tersebut tidak dibarengi dengan niat yang sungguh-sungguh, karena masih menganggap bahwa baca buku ya artinya beli buku dan hal tersebut membuat saya keberatan. Karena saat itu saya menganggap buku itu mahal namun tidak semahal beli baju berpuluh-puluh pasang. Setelah dipikir-pikir lagi, saya merasa bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai membaca buku secara rutin, maka sejak tahun 2015 saya mengawali dengan 1 bulan = 1 buku . Kebiasaan tersebut harus dipaksa agar terbiasa, sampai sekarang –Juli 2017 saya sudah terbiasa dengan membaca buku minimal 2 novel dalam 1 bulan. Pada bulan Ramadhan lalu saya berhasil menyelesaikan buku dengan genre memoir yang merupakan kumpulan cerita pendek terjemahan karya Etgar Keret dengan judul The Seven Good Years. Kata pengantar yang ditulis oleh Eka Kurniawan membuat saya tertarik dengan buku ini,